Mei yang Menantang
Bulan Mei adalah bulan yang rasanya saya lalui dengan sangat cepat. Dibuka dengan kedatangan teman lama dari Bali beserta ibunya untuk menginap di rumah saya selama dua mingguan. Ini tentu menyenangkan dan kemungkinan besar adalah yang membuat bulan ini jadi terasa sangat cepat saya lalui.
Tapi bukan hanya menyenangkan memang, kedatangan teman saya ini agak istimewa. Dia dan ibunya beberapa saat sebelum ke rumah saya divonis positif Covid-19. Ibunya sudah dirawat di rumah sakit dan dibolehkan pulang, sedangkan teman saya yang tanpa gejala memilih untuk masuk layanan isolasi mandiri berbayar yang juga setelah dirasa cukup memulangkannya. Lalu di mana letak istimewanya?
Yang istimewa dari teman saya dan Ibunya adalah bahwa mereka tidak tahu persis apakah mereka masih membawa virus Korona atau tidak, karena layanan kesehatan di Indonesia hanya mengisyaratkan isolasi minimal selama14 hari kepada pasien tanpa gejala. Setelah 14 hari, bila pasien tidak mati sehat-sehat saja, maka dianggap sudah sembuh dari Covid-19. Dikatakan bahwa kalaupun virus itu masih ada di dalam tubuh mereka maka virus tersebut sudah tidak bisa menulari orang-orang di sekitarnya. Tapi…siapa yang tahu?
Jadi ya, selain menyenangkan, kedatangan tamu-tamu saya ini cukup menantang sih. Segala hal kami lakukan dengan terbatas. Obrolan selalu kami batasi dengan jarak dan masker yang ketat. Tempat-tempat di mana kami berbagi, seperti kamar mandi, selalu disemproti dan dituangi disinfektan setiap habis digunakan.
Tapi syukurlah, semua dapat kami lewati dengan baik. Kami semua sehat, tanpa kekurangan apapun. Saya juga bersyukur bukan main karena kedatangan tamu-tamu saya ini membuat saya tidak sendirian selama libur lebaran. Malah lebaran kali ini terasa istimewa karena bisa bertemu lagi dengan teman lama dan berbagi tentang banyak hal. Segala cerita baik tentang masa lalu di Bali maupun kisah-kisah kami dalam menjalani kehidupan yang tentu sudah berubah dengan berjalannya waktu dan usia menjadi bahan pembicaraan yang sangat membuka pikiran.
Di tengah semua kegembiraan itu, datang lagi rezeki yang tidak saya duga-duga. Seorang penyewa di lahan saya lagi-lagi menambah lahan sewaannya. Syukurlah, berarti usahanya di lahan saya cukup maju dan saya ikut kecipratan. Saya juga senang karena makin banyak lahan di tanah saya yang bisa bermanfaat untuk orang lain.
Di akhir bulan, saat semua keriaan selesai, saya sempat merasa kesepian. Benar-benar kesepian. Padahal selama ini saya juga sendirian. Tapi rupanya keriaan yang dibawa oleh kunjungan teman lama saya benar-benar membekas di dalam hati. Makanya saya sungguh terasa kehilangan dan sedih selama hampir satu minggu sejak kepulangannya. Tapi ya itulah risiko dari sebuah pertemuan. Ada pertemuan pasti ada perpisahan.
2 thoughts on “Mei yang Menantang”
Semoga sekarang sudah tidak merasa kesepian lagi, Mas Danang!
Iya, lama2 memang kembali terbiasa dengan sepi. Selain itu juga bulan Juni dibuka dengan sesuatu yang menyenangkan, jadi lumayan terobati rasa kesepiannya.