Smart Switch dan Pengalaman Memasangnya di Rumah yang Nggak Smart
Rumah saya bisa dibilang rumah tua dan sederhana. Letaknyapun di pedesaan yang jauh dari keramaian. Tapi justru keadaan yang seperti itulah yang membuat saya terobsesi untuk menjadikannya sebuah sebuah rumah pintar alias smart home (tentang ini akan saya bahas minggu depan). Smart switch adalah salah satu benda baru yang saya beli minggu lalu demi menjalankan misi itu. Eits…tapi jangan bilang-bilang ke suami ya, karena dia pasti akan marah-marah dengan “penghamburan uang” yang saya lakukan ini.
Sebelum memaparkan pengalaman saya memasangnya, mari kita samakan dulu pengertian smart switch yang saya maksud dalam tulisan ini karena kalau saya ketik kata “smart switch” di lokapasar, setidaknya ada dua macam benda yang muncul. Pertama adalah “sekring pintar” dan kedua adalah “saklar lampu pintar”. Nah, yang saya bicarakan dalam tulisan ini adalah benda yang kedua alias saklar lampu pintar.
Ada banyak merk saklar lampu pintar yang memenuhi lokapasar sekarang ini. Mulai dari yang sering disebut-sebut seperti Bardi, sampai ke merk-merk seperti Sonoff, Arbit, Den, Seyven, dan lain-lain yang masing-masing mematok harga berbeda. Bagi saya, penampakan mereka mirip-mirip. Bahkan beberapa tampak benar-benar sama, hanya merknya saja yang berbeda. Tapi dari segi teknis setidaknya saklar lampu pintar dapat dibagi dua yaitu yang memerlukan kabel netral dan yang tidak memerlukannya. Saya tidak ingin membicarakan hal teknis di sini karena saya bukan ahli tentang listrik, tapi dari hasil riset saya, kebanyakan rumah di Indonesia tidak memiliki kabel netral pada saklar lampu. Karena itu, supaya tidak repot, maka saya memilih saklar pintar yang tidak memerlukan kabel netral dalam pemasangannya.
Merasa percaya diri setelah menonton banyak video di YouTube, sayapun mulai mempraktikkannya. Hasilnya? Tidak semudah itu, Ferguso! Banyak video di YouTube yang mempertontonkan cara memasang saklar pintar, tapi setelah mencoba memasangnya sendiri, saya sadar bahwa masing-masing rumah memiliki sistem kelistrikan yang berbeda, termasuk rumah saya. Ini sangat membingungkan terutama karena saya bukan ahli listrik. Patokan dasar bahwa kabel beraliran listrik harus masuk ke lubang “L” dan kabel yang tanpa aliran lisrik masuk ke kabel “L1” atau “L2” pada saklar lampu pintar juga rupanya tidak berlaku untuk kelistrikan di rumah saya. Jadi justru yang terjadi adalah sebaliknya. Untuk rumah saya, kabel tanpa aliran listrik harus masuk ke “L” sedangkan kabel dengan aliran listrik ke “L1” dan “L2” dan ini saya temukan setelah 3 hari penuh berkutat dengan masalah saklar lampu pintar yang tidak cenderung pintar. Aneh ya? Bahkan teknisi dari merk saklar lampu pintar yang saya hubungipun kebingungan.
Nah buat yang berencana untuk memasang saklar lampu pintar di rumah, saya menyarankan beberapa hal ini:
- Beli saklar lampu pintar yang sesuai dengan kondisi kelistrikan di rumah. Seperti yang saya tulis di atas, kebanyakan rumah lama di Indonesia tidak memiliki kabel netral pada saklar lampunya. Jadi kalau mau membuat kabel netral maka harus memanjat ke atas plafon dan menarik kabel netral dari kabel utama PLN.
- Pastikan merk saklar pintar yang dibeli memiliki dukungan teknis yang bisa dihubungi saat kesulitan untuk memasangnya. Dukungan teknis, walaupun dalam kasus saya malah membingungkan, setidaknya akan membantu untuk mewanti-wanti akan tidak terjadi korsleting yang bisa berakibat fatal.
- Pelajari logika dasar listrik di rumah masing-masing karena setiap rumah bisa jadi berbeda-beda sistem kelistrikannya, termasuk rumah-rumah yang ada di YouTube. Karena itu, memahami logika dasar akan sangat membantu mengatasi hal ini. Logika dasar smart switch sebenarnya sama logika dasar saklar konvensional. Dalam kasus saya, logika dasar ini saya dapatkan saat melihat saklar listrik lain di rumah. Saya kemudian mencoba menggambar dengan memakai logika dan akhirnya menemukan cara pasang yang tepat (yang tidak sesuai dengan standar gambar di petunjuk pemasangan) untuk saklar lampu pintar di rumah saya.
- Pastikan saklar lampu pintar yang dibeli memiliki garansi yang cukup panjang karena harganya tidak murah dan bagaimanapun alat listrik semacam ini akan lebih cepat rusak daripada saklar lampu biasa.
Sekarang setelah terpasang saya merasa rumah semakin canggih. Saya bisa mengatur waktu kapan lampu beranda dan lampu-lampu lain di rumah akan menyala dan kapan akan mati tanpa harus repot-repot mendatanginya. Saat saya bangun kesiangan, lampu yang sudah diatur waktunya ini otomatis mati dan tidak membuang-buang listrik. Begitu juga saat saya harus meninggalkan rumah, saya tidak perlu menyalakan lampu seminggu penuh karena saya bisa mengaturnya dari jarak jauh menggunakan aplikasi. Keren lah pokoknya! Sepadan dengan kebingungan yang saya rasakan saat memasang!