jalan hidup

Tentang Jalan Hidup

Mikirin atau ngobrolin tentang jalan hidup itu menarik kalau nggak mau disebut membingungkan. Bayangkan, satu pilihan saja berbeda dari yang sudah kita ambil, seluruh jalan hidup kita bisa berubah. Misal, ketika suatu pagi saya memilih untuk naik motor ketimbang naik bus, maka apa yang saya temui di jalan, baik kejadian maupun orang-orang, akan sangat berbeda dari apa yang saya temui ketika naik bus. Dan ketika semisal dalam perjalanan itu saya mengalami sesuatu, maka bisa jadi itu tidak akan saya alami ketika naik bus. Itu baru hal yang bersifat keseharian. Bagaimana dengan hal yang lebih rumit seperti bagaimana kita, diantara 8,1 milyar orang di dunia ini, bisa bertemu dengan 1 orang yang kemudian menjadi pasangan kita. Kebayang nggak rumitnya?

Tak heran ketika hal rumit mengenai jalan hidup dibahas dalam banyak agama dan kepercayaan di dunia. Ada yang menyebutnya sebagai takdir, ada yang menyebutnya sebagai karma, ada pula yang menyebutnya sebagai kehendak bebas manusia yang otonom. Mana yang kita percaya, terserah saja. Tapi yang jelas, ketika kepercayaan-kepercayaan itu berbeda pendapat maka sesungguhnya memang ada kerumitan di dalamnya.

Nah, seminggu yang lalu saya menonton sebuah film. Past Lives judulnya. Film ini dikerjakan oleh Studio A24 yang memang rajin membuat film-film unik, dengan sutradara Celine Song. Film berdurasi 1 jam 46 menit ini kurang lebih menceritakan apa yang saya tulis di atas, tentang jalan hidup.

Alkisah ada Nora dan Hae Sung yang berteman sejak kecil. Mereka kemudian terpisah karena orang tua Nora memutuskan untuk menjadi migran di Kanada. Nah, di sini cerita jadi menarik. Ketika remaja, Nora dan Hae Sung mencoba tetap berhubungan lewat internet, namun di suatu ketika, Nora meminta Hae Sung untuk tidak menghubunginya dulu. Mereka kemudian putus hubungan selama 12 tahun dan baru kemudian bertemu lagi saat jalan hidup mereka berdua sudah sangat berbeda. Nora sudah menikah sementara Hae Sung baru saja putus dari pacarnya.

Pertemuan Nora dan Hae Sung setelah 20 tahun lebih terpisah menjadi nostalgia bagi mereka. Dalam pertemuan yang nostalgik itu kemudian mereka, seperti banyak manusia di dunia ini, mempertanyakan tentang jalan hidup. Bagaimana kalau dulu Nora tidak meninggalkan Korea, apakah dia dan Hae Sung tetap berhubungan? Apakah mereka akan berpacaran? Apakah mereka akan putus di tengah jalan atau malah menikah dan punya anak? Bagaimana kalau ini? Bagaimana kalau itu? Itulah pertanyaan yang selalu muncul saat kita berbicara tentang jalan hidup, karena seperti yang saya bilang di awal, satu pilihan saja berbeda dari apa yang sudah kita pilih, maka seluruh jalan hidup kita bisa berbeda 180 derajat!

Ah, saya jadi teringat tulisan saya minggu lalu. Dalam salah satu kisah yang saya baca, ada pelajaran yang saya petik tentang pertemuan kita dengan seseorang dan berapa lama orang itu bersama kita. Ini seperti istilah “in-yun” dalam film Past Lives. Betapa dalam sebuah pertemuan dengan seseorang, bahkan secara acak sekalipun, dipercaya ada 8000 lapis in-yun yang terlibat di dalamnya. Saya kemudian menafsirkan in-yun sebagai faktor-faktor yang membawa kita sampai berada di sini, sekarang. Bayangkan contoh motor dan bus tadi. Ketika saya memilih naik motor (itu in-yun pertama), lewat jalan A (itu in-yun kedua), lalu memacu motor dengan kecepatan B (itu in-yun ketiga), motor saya tidak mogok (itu in-yun keempat), bensin motor masih cukup sehingga saya tidak perlu berhenti isi bensin (itu in-yun kelima), karena beberapa hari lalu saya sudah isi bensin (itu in-yun keenam), dan seterusnya hingga akhirnya membawa saya menuju ke titik sekarang. Itu baru dari sisi saya. Bagaimana dengan sisi orang yang saya temui hari ini? Mereka juga mengandung lapisan-lapisan in-yunnya sendiri bukan? Jadi tidak heran jika memang begitu rumit dan sulitnya kita bisa bertemu dengan seseorang secara acak, apalagi yang kemudian menjalin hubungan dengan kita.

Bagi saya, film ini mengajarkan kita untuk selalu menghargai tinggi-tinggi pertemuan dengan seseorang. Ada begitu banyak faktor yang rumit namun saling berkaitan untuk kita bisa bertemu dengan seseorang. Jadi, hargailah hubungan dengan semua orang di sekitar kita.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *