Satu lagi film menarik yang saya tonton di Netlfix, judulnya Upstream (2024). Film ini adalah film asal Tiongkok. Ditulis, diproduseri, dan disutradarai oleh sang pemeran utama sendiri, Xu Zheng.
Kisahnya tentang Gao Zhilei (Xu Zheng) yang di usia 40-an terkena PHK dari tempatnya bekerja belasan tahun terakhir. Umurnya yang sudah cukup tua dan posisinya yang sudah cukup tinggi di perusahaan sebelumnya membuat dia sulit mendapat pekerjaan baru.
Sebagai kepala keluarga yang selama ini menghidupi anak dan istrinya dengan baik, Gao Zhilei kebingungan bagaimana ia harus mendapatkan uang untuk semua pengeluaran keluarganya. Di tengah kebingungan itu dia bertemu dengan seorang kurir online yang bersemangat mengantar makanan dan aneka belanjaan yang dipesan orang lewat aplikasi. Zhileipun mencoba mendaftar. Manajer lapangan sempat menolaknya karena menganggap Zhilei terlalu terbiasa kerja mapan dan tidak mungkin bisa bekerja sebagai kurir online. Namun akhirnya karena Zhilei mengaku sudah tidak ada tempat kerja lain yang mau menerimanya padahal dia harus menghidupi keluarganya maka manajer lapangan menerimanya sebagai kurir percobaan.
Hari-hari pertama Zhilei sebagai kurir sangatlah menyiksa. Kebiasaannya dalam kehidupan yang mapan membuatnya susah beradaptasi dengan pekerjaan yang saat ini digelutinya. Dia yang terbiasa hidup di atas, tidak terbiasa untuk merendah dan akhirnya itu menyulitkannya karena bagaimanapun pekerjaan sebagai kurir online sering direndahkan oleh orang lain.
Bagaimana Zhilei bisa menyesuaikan diri sebagai kurir? Bagaimana masalah dalam keluarganya yang semakin pelit bisa diatasinya? Itu yang membuat film ini jadi sangat menarik untuk ditonton.
Bagi saya film ini membawa dampak yang dahsyat. Pertama tentu saya jadi lebih bisa menghargai kehidupan kurir online atau kalau di Indonesia termasuk juga ojek online yang tidak semudah yang dibayangkan. Mereka seringkali hidup dari tip yang diberikan pelanggan, harus mengejar target dari pihak aplikasi, juga mendapat banyak kesulitan di jalan baik karena lokasi yang sulit maupun faktor-faktor lain seperti satpam yang tidak membolehkan mereka masuk gedung, ketiadaan tempat parkir yang menyulitkan mereka untuk menaruh kendaraan, cuaca yang tidak mendukung, atau bahkan kecelakaan di jalan raya.
Kedua adalah tentang ego. Banyak yang bilang bahwa musuh yang paling sulit dikalahkan adalah diri sendiri. Film ini menggambarkan hal itu. Zhilei dengan egonya membuat dia sulit mendapat bantuan dari orang lain. Dia yang bersikap tidak ramah pada satpam membuatnya tidak diberitahu bahwa tempat dia memarkir kendaraan adalah lokasi dilarang parkir. Akhirnya dia harus membayar denda pada polisi. Begitu juga pramusaji di restoran tidak memberitahu bahwa pesanannya sudah siap diambil karena dia berlaku sombong dengan hanya berteriak-teriak saja tentang nomor pesanannya. Sementara kurir lain bahkan terlihat membantu pramusaji membersihkan meja yang kotor karena memang restoran sedang sibuk.
Bisa jadi hal-hal di atas juga menggambarkan nilai tabur-tuai. Bila kita menabur kebaikan maka kita akan menuai kebaikan. Begitupun sebaliknya. Dan itulah yang terjadi. Setelah ditempa dengan hal-hal yang buruk akhirnya Zhilei sadar bahwa dia tidak akan berhasil bila tidak ikut membantu orang lain untuk berhasil. Ini benar-benar motivasi yang luar biasa!
Ketiga, yang tidak kalah penting adalah film ini mengajarkan bahwa setiap manusia punya masalahnya masing-masing. Apa yang terlihat pada diri seseorang tidak bisa menjadi dasar untuk kita menghakiminya. Bisa jadi seseorang sangat pelit dan kita menghakiminya sebagai orang yang tidak solider, tidak kompak karena tidak mau diajak makan bersama dan lain-lain. Tapi kita tidak tahu bahwa mungkin sikap pelitnya muncul dari keinginan untuk menabung demi menyelamatkan anggota keluarganya yang sakit dan butuh dana besar. Ada juga orang yang terlihat sangat tegar dan kuat, padahal di dalam dirinya terkandung kelelahan yang mendalam. Hal-hal ini kadang luput dalam pikiran saya sehari-hari. Menghakimi jauh lebih mudah daripada memahami.
Terakhir, film ini mengajarkan sikap pantang menyerah. Ini klise sih. Tapi ya memang begitulah kehidupan. Pilihannya antara terus berusaha atau mati tergilas.